Sunday, August 31, 2008

BULAN RAMADHAN: KEMENANGAN BAGI UMAT TERBAIK

Menjelang bulan suci Ramadhan yang mulai besok sudah bergulir, ada baiknya kita kembali berinstropeksi ke dalam diri kita. Membasuh naluri kemanusiaan kita terhadap keseharian. Banyak hal yang harusnya mampu kita benahi.

Bagi kaum muslimin dan muslimat, menjadi seorang muslim sejati adalah impian dan keinginan yang selalu terpatri dalam jiwa. Menjadi seorang yang mempunyai hati ar-rahman ar-rahim. Bersifat penyayang dan pengasih. Terhadap manusia dan seluruh makhluk hidup yang sama-sama menempati bumi Allah ini. Tiada lain bagi mereka kecuali sama berbagi dalam menjalankan amanah sebagai sesama makhluk Tuhan.

Ada rasa miris dan sedih luar biasa menyaksikan keadaan yang menimpa kita semua, sebagai sesama anak bangsa maupun sebagai bagian dari umat yang dari awal lahirnya adalah memiliki sifat rahmatin lil ‘alamin. Suatu sifat yang mampu memberi rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam. Apakah saat ini kita sedang menyaksikan suatu episode hidup dimana kita tidak lagi mampu memberikan rahmat bagi sesama makhluk. Episode hidup dimana kita hanya peduli kepada apa yang kita makan dan tidak peduli terhadap mereka yang tidak bisa makan. Episode hidup dimana kita sebagai khalifah justru malah menjadi perusak utama alam raya ini. Memperkosa hak hidup makhluk lain demi sebuah slogan kemakmuran dan kesejahteraan.

Lupakah kita bahwa panutan kita, Rasulullah Muhammad adalah pengayom sejati yang memberikan contoh untuk selalu berbuat yang terbaik bagi kepentingan umat. Beliau selalu menyeru kepada umat agar menjadi rahmat bagi seluruh alam. Bahwa Islam selalu identik dengan sifat santun, sabar, penyayang dan sifat baik lainnya. Hal ini berlaku untuk semua makhluk. Berbeda agama maupun sesama muslim, tidak ada kecuali.

Lupakah kita bahwa keberadaan kita di bumi Indonesia ini juga berawal dari perbedaan-perbedaan. Para pembawa dan penyebar Islam di Nusantara justru mengolah perbedaan tersebut menjadi sebuah keindahan hidup. Masihkah kita ingat kisah sembilan wali di tanah Jawa yang dikenal dengan Wali Songo dalam membawa perubahan berarti ke dalam tatanan hidup bermasyarakat. Para pilihan Allah tersebut justru mengenalkan indahnya agama Islam melalui perbedaan dan keterbatasan yang dimiliki masyarakat. Para wali justru mampu mengenalkan agama ini tanpa mengusik kemanusiaan mereka. Para wali sangat mengerti bahwa masyarakat begitu mencintai kesenian dan tradisi nenek moyang yang mereka yakini sebagai agama kehidupan. Tidak pernah ada bentrok dan peperangan yang mewarnai transisi kepercayaan ini. Semua terjadi karena memang Islam datang tidak dengan senjata. Tidak dengan adu fisik, caci maki dan sikap permusuhan yang kental. Islam datang dan memasuki kehidupan mereka sesuai dengan khittah nya yaitu dengan lemah lembut dan penuh cinta.

Andai saja kita tidak hanya sekedar mengerti isi Al-Qur’an dan Al-Hadits tetapi juga mengamalkan apa yang terkandung dalam dua pegangan hidup umat Islam tersebut. Niscaya tidak akan ada lagi kacau balau, kerusuhan abadi, demo anarkis dan pengklaiman diri sebagai umat yang paling benar. Umat lain hanya akan melihat dan meyakini bahwa Islam adalah agama santun dan lemah lembut jika kita para penganutnya berbuat seperti apa yang telah dicontohkan Rasulullah dan para sahabat. Berbuat seperti apa yang telah dipraktekkan oleh para Wali Songo di bumi Jawa.

Mereka yang mengaku muslim sejati niscaya akan malu dan malu terhadap apa yang terjadi beberapa tahun terakhir ini. Sebagai bangsa yang memiliki umat Islam terbesar di dunia, kita harus menyadari bahwa apa yang kita lakukan akan menjadi barometer bagi umat lain di seluruh dunia.

Semestinya bulan suci yang hanya datang setahun sekali ini tidak lagi dilaksanakan secara simbolis semata. Hanya sekedar sahur – puasa – shalat tarawih sebagai ritual keagamaan saja. Manakala Ramadhan berakhir maka hilang juga seluruh amalan yang kita lakukan di bulan suci tersebut. Kita umat muslim semestinya mampu menahan diri sepanjang tahun sebelum memasuki ujian sebenarnya. Bulan Ramadhan adalah pengantar ujian kita yang hasilnya seharusnya bisa kita praktekkan sepanjang sebelas bulan lainnya. Sepanjang tahun, sepanjang hayat kita. Menahan diri dari kesewenangan terhadap diri dan sesama. Menahan diri dari sifat keduniawian yang fana. Jika saja itu bisa terwujud Indonesia akan menjadi negri damai laksana negri di awan yang selalu menjadi impian semua insan.

Marhaban yaa Ramadhan. Selamat menunaikan ibadah puasa. Selamat berlomba-lomba menuju kemenangan sejati. Kemenangan menguasai hawa nafsu. Semoga bisa menjadikan Indonesia menjadi lebih baik dan lebih bermartabat di antara bangsa-bangsa lain di dunia.

No comments:

Post a Comment