Ada fenomena yang menarik jika melihat perjalanan peta perpolitikan di Indonesia tercinta ini. Sejumlah partai politik (parpol) baru bermunculan menjelang pemilu 2009 bagai jamur di musim hujan. Lebih dari 50 parpol mendaftarkan diri sebagai partai politik resmi dan saling berlomba untuk mendapatkan verifikasi dari KPU sebagai parpol resmi yang siap bertarung menjadi yang terbaik di pemilu 2009. Hasil verifikasi menyatakan bahwa 39 parpol lolos dan berhak mengikuti pemilu 2009.
Semuanya mempunyai slogan yang sama: mengusung kepentingan rakyat demi mensejahterakan kehidupan rakyat. Baik parpol lama maupun baru sama mengklaim sebagai wakil suara rakyat. Ada yang ingin membangun “Indonesia Baru”. Ada yang jualan iklan dengan memasang kesusahan rakyat. Ada yang menjual harapan baru menuju Indonesia yang lebih baik. Ada juga beberapa parpol yang justru tersandung masalah intern partai. Kebanyakan akibat ulah kadernya yang sudah berjubah sebagai wakil rakyat yang terhormat di gedung DPR MPR sana. Ada yang kena kasus korupsi atau juga kasus pelecehan seksual. Wuihh, jangan ampe ditiru tuh..Apapun kondisi anda, jangan ampe deh jadi orang-orang ga berguna. Kekuasaan yang didapat kok malah justru menjadikan kita sebagai orang kufur. Bukannya menjadikan kita sebagai orang yang bersyukur karena sudah diberikan nikmat tiada tara dibandingkan orang lain di sekitar kita.
Mulai dari saat ini sampai kurang lebih setahun ke depan, udara Indonesia akan penuh oleh janji-janji; slogan-slogan; visi misi; fit and proper test; dan lain sebagainya. Semuanya bermuara pada pesta demokrasi terbesar bagi rakyat Indonesia, semua bermuara pada PEMILU 2009. Pemilihan umum yang penting bagi rakyat dalam menentukan masa depan bangsa ini. Salah pilih orang akan berakibat fatal bagi kemaslahatan umat. Salah pilih orang akan menambah panjang catatan kelam sejarah bangsa ini. Dari sebutan bangsa yang santun dan lemah lembut menjadi bangsa yang pemurka, gampang naik darah, gampang rusuh dalam menghadapi persoalan-persoalan bangsa.
Terkadang saya tidak habis pikir mengenai banyaknya parpol baru yang bermunculan. Apakah itu karena ketidakpuasan dalam menyikapi kinerja pemimpin-pemimpin sekarang ini ataukah hanya semata agar bisa mendapat bagian ”kue”..Dalam benak saya, banyaknya parpol bukan lagi menjadi wujud demokrasi Indonesia tetapi justru malah akan membuat bingung rakyat awam. Keinginan mereka sebenarnya sederhana dan wajar. Bahkan itu merupakan hak dari warga negara suatu bangsa. Mereka inginnya cuma bisa kerja (apa saja yang penting halal), bisa (hidup) aman, bisa ngasih makan keluarga (dengan uang halal), bisa damai (nggak banyak kerusuhan) dalam menjalankan kehidupan sehari-hari di negara ini. Banyak parpol bukannya malah akan membuat bingung pemerintah dalam menentukan suatu kebijakan? Sebagai contoh, di Amrik yang punya 50 negara bagian saja cuma mengenal dua parpol sebagai wadah warga negaranya dalam mengaspirasikan suaranya. Ya cuma ada dua parpol, Republik dan Demokrat. Jika suatu saat yang sedang berkuasa adalah partai Republik maka orang-orang Demokrat akan setia menjadi oposan (yang baik, berjiwa besar dan bertanggungjawab) dalam mengkritik kebijakan pemerintah yang dirasakan tidak mewakili suara rakyat banyak. Tetapi jika kebijakan tersebut dirasakan baik maka mereka juga tidak segan-segan mendukung keputusan pemerintah berkuasa. Sekarang coba anda bayangkan jika tiap negara bagian mempunyai satu parpol. Maka akan ada 50 parpol yang bersaing mencapai kekuasaan. Bisa dibayangkan berapa besar dana yang berputar dalam membiayai pesta demokrasi tersebut. Mungkin sanggup untuk membiayai perbaikan dan pembangunan secara menyeluruh sarana prasarana sebuah negara seperti Palestina atau negara lain yang poranda akibat perang atau akibat kelaparan. Jika ada 50 parpol di Amrik maka tidak bisa dibayangkan betapa bingungnya pemerintah berkuasa dalam menentukan suatu kebijakan. Bahkan dalam mengidentifikasi mana kawan mana lawan. Hal ini penting dalam menjaga stabilitas negara. Jika semua orang bermuka dua, wah bakalan repot mengantisipasinya. Nah, dengan kondisi dua parpol seperti sekarang ini maka akan jelas diidentifikasi mana lawan mana kawan.
Dalam falsafah Jawa, sangat dikenal konsep ”banyak anak banyak rejeki”. Falsafah ini didasari prinsip bahwa setiap anak akan membawa rejekinya masing-masing. Setiap anak mempunyai potensi untuk membawa kejayaan orangtuanya. Kita sebagai orangtua juga tidak akan pernah tahu anak kita yang mana yang akan menjadi ”wong atau orang”. Itulah sebabnya tidak perlu menghindari punya anak banyak. Tetapi tentu saja disesuaikan dengan kemampuan hidup kita dalam memberikan penghidupan yang layak sampai anak kita tersebut akil baligh. Jika anda belum mampu memberikan jaminan hidup dan pendidikan layak maka ada baiknya ikut konsep sedikit anak banyak rejeki;-) Dalam konteks tulisan ini terkait dengan falsafah Jawa tadi maka kita perlu mempertanyakan konsep banyak partai, seperti yang bermunculan saat ini dari tahun ke tahun. Apakah seperti falsafah ”banyak anak banyak rejeki” sehingga ”banyak partai banyak rejeki” juga. Ataukah justru konsep tersebut malah akan menjadi plesetan dari ”banyak partai banyak bingung”;-) atau ”banyak partai banyak rusuh”
Monggo untuk dapat disikapi secara bijak. Monggo juga untuk dapat mempersiapkan diri dengan baik dan menggunakan hak pilih kita secara cerdas serta bijaksana dalam menyongsong Pemilu 2009 yang tidak lama lagi akan datang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Mungkin sebagian kelompok merasa aspirasinya (baca: kepentingan) tidak terwakili oleh beberapa partai yang sudah ada, sehingga mereka pun menciptakan kendaraan sendiri.
Post a Comment