Diolah dari Moral Hazard by Yopie Hidayat: Tajuk Kontan, 29 September 2008 dan headline Harian Kompas, 12 Oktober 2008.
Jika anda mengamati berita belakangan ini pasti akan selalu menemukan semua media televisi menyajikan perkembangan krisis keuangan dunia. Krisis yang bersumber dari kredit macet perumahan di Amrik itu seolah menjadi menggurita dan menghasilkan efek snow ball yang luar biasa bagi dunia keuangan global.
Jika diperhatikan maka krisis kali ini serupa dan mirip dengan krisis yang terjadi di Indonesia dan negara-negara Asia pada tahun 1997/1998. Hanya bedanya krisis pada waktu itu lebih banyak disebabkan oleh kegagalan pembayaran rutin utang-utang luar negeri Negara-negara berkembang tersebut. Sementara, krisis saat ini dipicu dari kredit perumahan yang terjadi di Amrik.
Perkembangan yang terjadi pada krisis kali ini masih berlangsung cepat dan berubah-ubah. Efeknya yang luar biasa antara lain telah menyebabkan pasar modal dunia di Bursa Efek negara dunia rontok dan bahkan Indonesia sempat menutup kegiatan bursa yang ada di Bursa Efek Indonesia demi menyelamatkan pasar dari ulah spekulan saham. Reuter, Jumat (10/10) memberitakan bahwa berdasarkan informasi dari Dow Jones Wilshire 5000, bursa saham AS telah kehilangan nilai saham sebesar $2,4 trilyun hanya dalam satu pekan terakhir dengan total $8,4 trilyun sepanjang tahun 2008. Untuk itu, pemerintah Amrik sendiri juga telah melakukan sejumlah usaha penyelamatan keuangan dalam negeri demi menyelamatkan keuangan dunia. Setelah usulan RUU bailout atau penyelamatan aset macet dengan cara membeli aset tersebut gagal dilakukan akibat sebagian besar anggota Senat AS menolak usul tersebut, akhirnya Amrik mengesahkan undang-undang dana talangan sebesar $700 miliar serta membeli surat berharga $900 miliar. Langkah ini diikuti oleh negara-negara G7 (Kanada, AS, Inggris, Perancis, Jerman, Italia dan Jepang). Inggris, misalnya telah memberi pinjaman kepada perbankan mereka dengan suntikan dana segar sebesar 500 miliar poundsterling serta menjamin semua utang bank. Namun sampai saat ini, pemulihan keuangan global akibat krisis ini belum juga membaik. Sehari setelah Amrik mengesahkan undang-undang bailout justru keadaan pasar modal tidak stabil. Otorita Bursa Efek Indonesia bahkan sempat menutup perdagangan bursa walau belum menyelesaikan sesi 1.
Sampai saat ini juga pro dan kontra bailout belum juga usai. Bahkan keputusan mengesahkan bailout ini juga akan berdampak besar terhadap moral hazard kita semua. Amrik sah-sah saja menyebut bahwa tanpa bailout maka akan ada sekitar 4 juta rakyatnya yang menganggur dalam setengah tahun ke depan karena kredit dan ekonomi berhenti berjalan. Tapi apa pesan moral yang disampaikan dengan disahkannya bailout? Keadilan seakan hanya milik yang punya kuasa dan yang punya uang. Bagaimana tidak? Kredit macet yang disebabkan oleh perilaku serakah dengan memakai uang utangan tersebut untuk berspekulasi di bursa saham atau menggendutkan perusahaannya sendiri itu akhirnya berakibat macetnya kredit (dalam hal ini kredit perumahan). Begitu terjadi krisis, pemerintah masih mau menanggung semua utang yang disebabkan oleh mereka-mereka dengan menebusnya. Enak tenan..!!
Rekans tentu masih ingat krisis serupa yang menimpa kita di tahun 1997-an. Krisis yang menambah panjang penderitaan rakyat biasa. Para konglomerat pada saat itu beramai-ramai menggunakan bank milik mereka sebagai pengumpul duit rakyat. Setelah terkumpul uang tersebut digunakan sebagai kredit untuk membesarkan perusahaan mereka yang lain. Ketika akhirnya kredit tersebut macet maka pemerintah kita pun berbaik hati membeli semua aset macet perusahaan para konglomerat itu. Does it similar with recent crisis happened on US? Pemerintah kita juga berargumen sama dengan pemerintah Amrik saat ini, jika tidak diselamatkan maka sistem keuangan kita akan kolaps dan ekonomi akan hancur. Pada akhirnya, pemerintah kita merugi karena melakukan pembelian aset macet dengan harga sangat tinggi namun menjualnya dengan harga obral..Enak tenan..!!
Well rekans, saya cenderung setuju apa yang dikatakan oleh bung Yopie di akhir tulisan ”Tajuk Harian Kontan” bahwa pesan moral yang disampaikan adalah sama. Silakan berbuat sesuka hati. Toh nanti kalau ekonomi nasional terancam karena perbuatan kita masih akan ada pemerintah yang siap menjadi penebus dosa kita. Tapi sayangnya, saya tidak pernah punya nyali untuk memupuk dan memiliki mental seperti itu. Saya masih memimpikan negri tercinta ini pada suatu saat mampu mensejahterakan seluruh warga negaranya tanpa terkecuali, sehingga negri ini bukan hanya milik mereka yang berpunya. Kita harus ingat bahwa saudara kita di luar sana yang berada di jalanan, di kolong jembatan dan di pinggir-pinggir sungai adalah juga warga negara negri ini yang punya hak yang sama atas negri ini. Merdeka!!
Tuesday, October 14, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment